Bibir Mu Rasa Anggur


Mentari baru saja muncul diupuk timur mengeringkan embun dan memaksa tinggalkan mimpi semalam, kuncup bunga meraung diantara desir bayu tergelupas senyum mu diketika itu dari sudut jendela perantauan jiwa ku menemukan kau yang merindu disana.

Kita sering bertemu dipagi hari dan itu bukan mimpi, ketika aku tinggalkan ranjang dan berlari meraih mentari untuk menyisakan keringat, ya kau sering ikut serta padahal kau sibuk dengan joginggmu, ah. Pikirku seperti itu.

Disatu pagi yang renyah, suasananya demikian waktu. Keringat kita saling berbicara dalam bau khasnya menebar pesona, ah. Ntahlah.

Sungguh sebenarnya tak berani, hanya saja karna desakan hati aku harus mengajak mu untuk minum secangkir teh dari warung terdekat arah kita, waalau warung itu tak memiliki pamplet nama. Sudahlah. Kita hanya perlu bercerita dengan kata-kata kita.

Kau banyak ngomong, aku juga demikian. Malah kau berkata bahwa bibir mu sungguh memabukkan, tipis dan munggil seperti rasa anggur kata mu waktu itu.

Jika betul seperti kata mu bahwa bibirmu itu memabukkan seperti anggur, dan betapa ku ingin menikmatinya sampai mabuk tapi tidak teler. Apakah itu tantangan yang kau berikan, ntah itu penolakan yang paling kecil. Tetapi ketika dilain waktu aku mengajak mu walau bukan malam minggu, kau mau saja ikut dengan ku.

Betapa konyolnya aku hingga bertanya pada mu tentang alasan kau mau keluar dengan ku, simpel saja jawabmu, “aku damai dan nyaman didekat mu, karna itu aku mau kau ajak keluar”.

Salam Sayang Penuh Cinta Selalu

Nasruddin Oos

Sikabu, 251020011: 1047

Tinggalkan komentar