Kulit perempuan beranak dua yang tidak langsing itu kuning langsat, meskipun sering berpakaian putih, dia penyuka merah jambu, terlihat dari beberapa foto koleksi yang dia bagi di akun media sosial. Tentang warna kesukaannya bukan memvonis hanya saja menduga-duga.

Siang itu,  matahari lagi garangnya menumpahkan cahaya ke bumi, itu pun tak segarang jiwanya. Apa sebab,  dia menangis sejadi-jadinya, kalimat kalimat terucap tak jelas terdengar lantaran beriringan antara tangis dan bicaranya. isaknya seakan begitu menyedihkan.  Meskipun air matanya tak menambahkan debit derasnya air Krueng Beukah.

Tentu hal ini beda pasal dengan Anjali (Kajol) dalam film KUCH KUCH HOTA HAI, dimana film tentang cinta segitiga mahasiswa di India, antara Rahul Khana (Shahrukh Khan), Anjali Sharma (Kajol) dan Tina Malhotra (Rani Mukherjee). Rahul dan Anjali adalah sahabat dekat, sifat Anjali yang tomboy membuat Rahul nyaman berteman dengannya. Sampai suatu hari datanglah mahasiswi cantik pindahan dari Oxford University bernama Tina Malhotra, anak dari Rektor di kampus tersebut.

Jika para pengemar film dari negeri pujangga tersebut pasti paham betul, kek mana Anjali menangis, kecewa dan putus asa saat hujan deras dia berlari. Padahal dia udah belajar bagaimana memakai lipstik, cara memakai hak tinggi dan juga belajar memakai bendo.

Beda dong, antara kisah cinta segitiga yang tanyang dua tahun sebelum memasuki tahun 2000an itu dengan kisahnya Kak Dokto Sandra, begitu biasanya kami panggil dia, kiasannya terlalu jauh hampir tak nyambung. Tetapi disini ada perkenalan, persahabatan, dan usaha yang kuat untuk lebih baik dalam memerankan hati melayani.

Sandra, terlibat dibeberapa organisasi kemanusiaan selain di organisasi profesinya,  bahkan juga dia masuk dalam struktur salah satu organisasi kepemudan,  tak tanggung tanggung dia menjabat diposisi jabatan teras.

Sehari-hari berbagai aktivitas dilakukan,  tentu hal tersebut harus piawai membagi waktu agar tak tersandung sebagai pengkorupsi waktu. Kenapa tidak,  toh dia juga salah satu Pegawai Negeri Sipil atau juga sering disebut ASN.

Berbicara ASN tentu harus siap ditempatkan dimana saja kapan saja, tak harus menunggu kesiapan. Sudah begitu adanya, memang macam itu kan.

Awalnya, saat dia bergabung dengan kami,  hari itu seakan akan aku melihat kembali “Keumalahayati” yang memimpin armada laut pengusir penjajah,  memimpin inong bale dalam memperjuangkan  hak-hak tertindas. Perjuangan telah berbeda, dia memerankan membantu masyarakat baik sisakit maupun yang lainnya.

Memang, dia abdi negara, namun ada saja hal hal yang luar biasa dia lakukan, pendampingan, edukasi, mengunjungi bahkan sampai mencari donasi, tentu hal ini juga berbarengan dengan beberapa lembaga yang dia bergabung.

Memimpin pasukan mengusir penjajah yang di lakukan oleh perempuan Keumalahayati memang tak semudah memendam perasaan sedih yang dialami Sandra, lantaran wajah sumringah sering ditemui saat berpapasan, wajah nan elok seakan menebar wangian kuntuman. Padahal, kita baru aja merayakan hari kemerdekaan bangsa kita, Negara Republik Indonesia.

Semangat jiwa dan hati yang merdeka harus dipupuk agar terus bergelora, bekarya selalu ada hambatan, apalagi makan nasi tentu ada tulang, dimana harus hati hati dalam menikmati ikan bila tidak ingin huk.

Itulah bedanya mengusir penjajah dengan tidak tunduk pada kemunafikan, perjuangan yang selalu berbeda pada generasi yang satu dengan generasi selanjutnya, itulah Sandra, dengan penuh kekurangannya dan sisi lebihnya, dia terlihat tegar tapi rapuh.

Tinggalkan komentar