JERANYA SANG MANTAN


Pagi dalam pelukan mendung, belaian air rintik-rintik telah menjamah dingin, risau menunggu kopi datang kebetulan loteng dan atap telah bermain musik. selamat pagi sayangku

Pagi diawali rasa gundah dari langit terlihat menyepi seiring roda waktu berputar, kisah berputar balikan fakta terdengar sangat pesimis dari ranah negeri yang tak terkunjungi lagi. Ah, mencintai sekedarnya saja berkilah teman ku, habis banyak banget sich persoalan terjadi dalam ranah cinta tak jua kunjung menuju arah diinginkan.

Hidup dan kehidupan tak terlepas dari cinta kecuali rasa sosialnya telah terbunuh diujung ranting kering dahan patah tersapu angin. Berpisah keadaan tidak sama lagi setelah itu, dank u akui cinta ku dan cinta mu adalah terhenti. Itu pilihan, ya kita memilihnya untuk berpisah. Tetapi kenapa harus menghadirkan kembali dalam hubungan baru mu.

Telah lama ku tak tahu kabar, bahkan nama lengkap mu saja aku lupa. Heran!. Kenapa aku masih saja dalam hidup mu, sedikit kau memiliki masalah seakan aku penyebab pertengkaran kau dengan kekasih mu, ah. Betapa itu membuat ku tak nyaman.

Sudahlah, kau dan aku telah berpisah. Kini aku memiliki kekasih lain setelah dirimu mendapatkan penganti ku. Tapi aku tak ingin disebabkan hanya karena akibat mu. Ku tahu dari teman mu bahwa kau sering bertengkar dengan pacar baru mu.

Ingatkah, betapa lamanya aku tak berbagi kabar, walau itu hanya mengatakan baik-baik saja. Ku menyadari bahwa kita tak mungkin lagi bersama, aku tak bisa menjadi seperti kau inginkan, karena aku telah menjadi diriku sendiri jauh sebelum kau kenal, betapa nekatnya dirimu masuk kedalam kehidupan ku dengan mengatasnamakan cinta, lalu banyak protes, ini itu, ah. Kau lebih tahu aku sudah seperti itu.

Tak mestinya aku kau kambing hitamkan, biarkan aku hidup dengan hidupku tanpa harus kau usik dengan masalah mu yang bagi ku tak begitu penting, lagipun aku bukan kekasih mu lagi, dia kan kekasih mu, usah dibandingin, tak ada yang sempurna untuk kau cinta, semua kekurangan sama hal seperti dirimu, tapi sampai kini kau belum menyadari akan kekurang mu malah mengukit kelemahan ku dan kekuranganku.

Kau ingin bertengkar, “ya silahkan saja”. Bertempur mu pun bukan aku medannya. Aku sudah tak lagi menyimpan rekaman wajah mu dihatiku walau beberapa file foto mu masih ada di foldel PC ku, dan itu tak berlebihankan.

Jangan kau seret aku dalam masalah mu, masalah ku tak pernah membawa mu kembali kemasa lalu, masa kau dan aku saling bercumbu diantara cemara-cemara berdiri kokoh berderetan ditepi pantai. Itu kenangan, hidup adalah untuk masa depan. Kau harus benar-benar lupakan aku diantara kemelut mu dengan kekasih mu itu.

Turunlah kau hujan, basahkan bumi gersang, perangpun sudah tak jadi, amuk amarah tertelan mimpi, hati hati nurani bersapa dalam cinta, dan biarkan ia berdendang dalam rancak lincah tariannya. ku melihat dengan tersenyum sambil memandang mentari yang malu-malu menampakkan diri, oh uh ah

Salam Sayang Penuh Cinta

Nasruddin Oos

Ulee Kareng, 18 Oktober 2011

Tinggalkan komentar